Customer Support (62) 811-2266-828
chiyo baby wear
  >  Bayi   >  Ciri-Ciri Autisme pada Bayi Usia 4-7 Bulan yang Perlu Diperhatikan

Ciri-Ciri Autisme pada Bayi Usia 4-7 Bulan yang Perlu Diperhatikan

Autisme, atau Autism Spectrum Disorder (ASD), adalah gangguan perkembangan otak yang mempengaruhi kemampuan komunikasi dan interaksi sosial seseorang. Kondisi ini sering kali baru terdiagnosis pada usia anak-anak, tetapi tanda-tanda awal autisme dapat muncul sejak bayi, bahkan sejak usia 4 bulan. Memahami gejala dini autisme sangat penting agar orang tua dapat memberikan dukungan dan perawatan yang tepat sedini mungkin.

Menurut situs resmi Ayosehat dari Kementerian Kesehatan RI, autisme merupakan kelompok gangguan yang ditandai dengan tantangan dalam komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi sosial, serta perilaku yang terbatas dan berulang. ASD bisa muncul dalam berbagai tingkatan, dari yang ringan hingga berat, dan dapat mempengaruhi setiap anak secara berbeda.

Mendeteksi Autisme pada Anak

Penelitian menunjukkan bahwa deteksi dini autisme mungkin dilakukan pada anak usia 14 bulan, meski dalam praktiknya sering kali baru dilakukan pada usia 18 hingga 24 bulan, sesuai rekomendasi dari American Academy of Pediatrics (AAP). Salah satu studi yang dipublikasikan oleh Baby Center menunjukkan bahwa meski banyak bayi dengan autisme dapat mencapai tonggak perkembangan fisik seperti duduk, merangkak, dan berjalan, mereka cenderung mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial.

Dr. Sallie Nowell, Ph.D., peneliti di Frank Porter Graham Child Development Institute di UNC Chapel Hill, menjelaskan bahwa, “Secara keseluruhan, tanda utama autisme pada bayi adalah kurangnya respons terhadap informasi sosial atau komunikasi untuk tujuan sosial.” Oleh karena itu, mengenali gejala dini sangatlah penting.

Tanda-Tanda Autisme pada Bayi Usia 4-7 Bulan

Pada usia 4 hingga 7 bulan, tanda-tanda autisme dapat terlihat dalam bentuk perilaku yang berbeda dari bayi seusianya. Berikut adalah beberapa gejala yang perlu diperhatikan, yang dikutip dari Baby Center:

  • Tidak tersenyum kembali ketika orang tua atau pengasuh tersenyum padanya.
  • Kurangnya minat pada aktivitas yang dilakukan oleh orang tua.
  • Tidak mencari atau menoleh pada suara di sekitarnya.
  • Tidak bersuara atau merespons saat orang tua mencoba bermain atau berinteraksi.
  • Kurang babbling, tertawa, atau berteriak saat bermain.
  • Kontak mata yang terbatas atau bahkan tidak ada.
  • Tidak menunjukkan minat pada wajah orang di sekitarnya, terlihat lebih tertarik pada benda lain.
  • Sulit untuk ditenangkan ketika rewel.
  • Tidak nyaman dengan suara keras atau sentuhan fisik.

Jika seorang bayi menunjukkan beberapa dari tanda-tanda di atas secara konsisten, penting bagi orang tua untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan anak untuk evaluasi lebih lanjut.

Faktor Penyebab Autisme

Meskipun penyebab pasti autisme belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa faktor yang dianggap berkontribusi terhadap kondisi ini. Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan, berikut adalah faktor-faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya autisme:

  1. Faktor Genetik: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa autisme memiliki komponen genetik yang cukup kuat. Anak yang memiliki anggota keluarga dengan autisme memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kondisi serupa. Namun, tidak semua kasus autisme disebabkan oleh faktor genetik.
  2. Faktor Lingkungan: Lingkungan juga memiliki pengaruh, terutama selama masa perkembangan awal anak. Paparan terhadap bahan kimia tertentu, infeksi selama kehamilan, atau gangguan prenatal lainnya mungkin meningkatkan risiko autisme.

Langkah-Langkah yang Dapat Dilakukan Orang Tua

Menurut Kelley Yost Abrams, seorang Psikolog Perkembangan Anak dari Dewan Penasihat Medis Baby Center, orang tua sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahli jika melihat adanya tanda-tanda autisme pada anak. Selain itu, orang tua juga dapat memantau perkembangan anak dengan seksama. Jika terdapat keraguan atau kekhawatiran mengenai perilaku anak, konsultasikan segera dengan dokter anak atau spesialis perkembangan.

Ia juga menekankan bahwa mendapatkan perawatan dan dukungan sejak dini dapat sangat membantu anak dengan autisme untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. “Jangan ragu untuk memeriksakan anak jika Anda melihat kemungkinan tanda-tanda autisme atau memiliki kekhawatiran tentang perilaku anak,” ujar Kelley Yost Abrams.

Mengapa Deteksi Dini Autisme Penting?

Deteksi dini memungkinkan anak dengan autisme untuk mendapatkan intervensi dan dukungan yang diperlukan sebelum usia sekolah. Penanganan yang cepat terbukti mampu membantu anak dalam mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi yang lebih baik. Dengan deteksi dan intervensi dini, banyak anak dengan autisme yang berhasil beradaptasi lebih baik dan mencapai potensi optimal mereka.

Autisme adalah kondisi yang mempengaruhi setiap individu dengan cara yang berbeda. Oleh karena itu, semakin cepat anak mendapatkan dukungan yang sesuai, semakin besar peluangnya untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Bagi para orang tua, penting untuk terus memantau perkembangan anak dan segera bertindak apabila terdapat indikasi keterlambatan atau ketidakmampuan dalam berinteraksi sosial, sehingga anak dapat memperoleh perawatan dan dukungan yang tepat.