Kalimat Pendukung untuk Membantu Anak Tumbuh Bahagia Menurut Pakar
Kebahagiaan anak adalah salah satu prioritas utama bagi orang tua, karena hal ini dapat mempengaruhi perkembangan emosi, sosial, dan psikologis anak di masa depan. Berdasarkan pandangan dari beberapa pakar perkembangan anak, kebahagiaan anak tidak hanya bergantung pada pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga pada dukungan emosional yang diberikan melalui kata-kata dan komunikasi dari orang tua.
Melansir dari laman Time, salah satu cara terbaik untuk membentuk kebahagiaan anak adalah dengan memastikan kebahagiaan diri orang tua terlebih dahulu. Seorang ibu yang bahagia cenderung akan berinteraksi lebih positif dan mengasuh dengan lebih efektif. Menurut penelitian, kondisi stres yang dialami ibu dapat memberikan dampak langsung pada perilaku anak, di mana anak yang dibesarkan oleh orang tua yang tertekan lebih rentan mengalami masalah emosional.
Di samping memberikan perhatian emosional yang tulus, penting bagi orang tua untuk menyampaikan kalimat positif yang mendorong anak mengenali emosi dan mengambil langkah-langkah konstruktif. Berikut adalah beberapa kalimat yang bisa membantu anak belajar menghadapi situasi dengan lebih bijaksana, menurut Wendy Mogel, PhD, seorang psikolog dan penulis buku The Blessing of a Skinned Knee.
1. “Bunda perlu memikirkan hal itu terlebih dahulu”
Saat anak bertanya atau meminta sesuatu, alih-alih langsung menjawab, Bunda bisa mengatakan, “Bunda perlu memikirkan hal itu terlebih dahulu.” Pernyataan ini membantu memberikan waktu untuk mempertimbangkan jawaban yang bijak. Di sisi lain, anak juga belajar bahwa tidak semua jawaban bisa diberikan secara instan. Mereka akan terbiasa berpikir sebelum mengambil tindakan, sebuah keterampilan yang penting dalam kehidupan.
2. “Bagaimana perasaanmu saat ini?”
Menanyakan perasaan anak akan membuat mereka merasa lebih dipahami dan diterima. Dalam situasi apapun—baik itu saat bahagia maupun kecewa—kalimat ini akan mendorong anak untuk refleksi diri. Dengan demikian, anak belajar mengidentifikasi dan mengungkapkan emosi mereka secara jujur. Menurut penelitian, anak-anak yang didukung dalam memahami perasaan mereka sendiri cenderung lebih stabil secara emosional.
3. “Wow” untuk Mengakui Situasi
Kata sederhana seperti “Wow” bisa sangat efektif dalam merespons situasi yang mengejutkan atau di luar ekspektasi. Misalnya, ketika anak membuat kesalahan atau menghadapi tantangan yang sulit, “Wow” menunjukkan bahwa orang tua memperhatikan dan tidak langsung menghakimi. Kalimat ini bisa diikuti dengan ajakan untuk berbicara atau mendiskusikan hal tersebut setelah emosi anak lebih stabil. Hal ini mengajarkan anak untuk mengambil jeda sebelum mengambil langkah selanjutnya.
4. “Mari kita lihat hal positif dari ini”
Ketika anak sedang merasa sedih atau kecewa, dorong mereka untuk memikirkan sisi positif dari situasi tersebut. Dengan mengatakan, “Mari kita lihat hal positif dari ini,” orang tua membantu anak belajar menghadapi kesulitan tanpa terburu-buru menghindar. Menurut pakar psikologi anak, membiarkan anak menghadapi kesulitan sesekali dengan dampingan orang tua akan mengembangkan ketahanan diri dan kemampuan untuk mengatasi tantangan di masa depan.
5. “Dengarkan tubuhmu”
Banyak anak belum sepenuhnya memahami isyarat tubuh mereka sendiri, terutama saat mereka merasa lelah, lapar, atau sakit. Dengan membiasakan anak untuk mendengarkan tubuhnya sendiri, orang tua secara tidak langsung mengajarkan pentingnya kesehatan fisik dan emosional. Misalnya, ketika anak merasa tidak enak badan, tanyakan, “Apa yang tubuhmu katakan?” Pertanyaan ini mendorong anak mengenali isyarat tubuhnya dan mencari tahu solusi yang tepat.
6. “Tarik napas”
Dalam situasi yang menegangkan, ajakan untuk menarik napas adalah salah satu teknik pengendalian diri yang penting. Anak yang belajar menarik napas ketika merasa cemas atau marah dapat mengembangkan kemampuan untuk mengelola stres dengan lebih baik. Orang tua bisa menggunakan kalimat ini secara rutin sebagai pengingat untuk meluangkan waktu tenang dalam rutinitas harian anak, terutama setelah aktivitas yang melelahkan.
7. “Apakah kamu ingin menyelesaikannya?”
Ketika anak mulai enggan atau rewel dalam melakukan tugas, misalnya saat belajar atau merapikan mainan, kalimat “Apakah kamu ingin menyelesaikannya?” mengarahkan anak pada tanggung jawab yang mereka pegang. Hal ini sekaligus memberi pengertian bahwa orang tua menghargai komitmen dan upaya yang dilakukan anak dalam setiap aktivitasnya.
8. “Itu ide yang sangat bagus”
Mendukung ide-ide anak, sekecil apapun itu, akan membantu mereka merasa dihargai dan percaya diri. Ketika anak merasa bahwa ide mereka dianggap berharga oleh orang tua, mereka akan tumbuh menjadi individu yang lebih berani mengekspresikan pikiran. Mengakui ide anak juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kreativitas secara mandiri.
Pentingnya Kalimat Positif dalam Perkembangan Anak
Kata-kata dan kalimat positif yang disampaikan orang tua bukan hanya sebuah bentuk dukungan, tetapi juga sebuah instrumen edukasi yang berperan besar dalam perkembangan karakter anak. Dengan memberikan respons yang tepat melalui kalimat-kalimat positif, orang tua membantu menciptakan lingkungan yang aman secara emosional bagi anak. Anak yang tumbuh di lingkungan dengan komunikasi positif cenderung memiliki harga diri yang lebih kuat, kemampuan sosial yang baik, serta lebih mampu menghadapi tantangan hidup di masa depan.
Demikian ulasan mengenai beberapa kalimat pendukung yang dapat membantu anak tumbuh bahagia. Bunda dan Ayah, dengan memahami pentingnya komunikasi yang positif, Anda telah mengambil langkah yang berarti dalam mendukung perkembangan anak secara optimal.